Rabu, 21 Januari 2009

resesensi filem transformer

'TRANSFORMERS', Perang Robot Antargalaksi
Sebuah Maha karya terbaru dari Michael Bay (The Rock,Armageddon,Pearl Harbor), yang bekerjasama dengan Spielberg (Jaws,Jurrassic Park,Schlinder’s List) sebagai executive producers-nya berjudul TRANSFORMERS baru saja premiere di Indonesia. Bercerita tentang film kartun era 80an yang lalu dimana ada robot-robot dari luar angkasa yang ingin mengambil alih dunia sebagai tempat tinggal mereka. Memang simple alur cerita yang ditawarkan dalam film ini. Namun, kita akan dibuat terkejut dengan visual effects dari ILM (INdustrial Light and Magic milik sutradara legendaris George Lucas) yang dipertontonkan dengan sangat bagus dalam film ini.

Meskipun diisi oleh wajah baru dalam film ini (hanya ada 1 aktor, John Voight yang berperan sebagai menteri pertahanan amerika) akan tetapi tidak membuat kita tidak ingin meninggalkan layar untuk menonton film ini.Bahkan akan sangat disayangkan sekali jika kita tidak berkonsentrasi penuh selama menonton film ini karena gambar-gambar yang disajikan bergerak dengan sangat cepat sekali. Selain itu, sepanjang film yang nota bene adalah film keras (action), kita tidak akan merasa tegang karena penulis naskahnya mampu menyelipkan humor-humor segar yang sangat lucu disepanjang film. Terutama pada saat robot-robot transformers yang sangat besar. Dan harus bermain petak umpet dengan manusia agar tidak diketahui keberadaannya. Hal ini menjadikan sesuatu yang diangap berbeda dan unik.

Menurut pendapat kami, film ini merupakan film yang patut untuk ditonton dan sangat disayangkan sekali jika melewatkan untuk tidak menonton film ini. Akan tetapi ada sedikit kekurangan dalam film ini. Diantaranya pengambilan gambar yang terlalu cepat dan banyak angle yang disajikan dengan “shake” / bergoyang. Mungkin maksudnya untuk memberi kesan dramatis atau sesuatu hal, akan tetapi terlalu banyak gambar bergoyang dan tidak jelas sehingga ada adegan-adegan yang seharusnya bisa ditampilkan secara bagus tetapi terlihat tidak terlihat dengan jelas (salah satunya adalah adegan perubahan wujud robot dari kendaraan menjadi robot). Untuk hal lainnya tidak ada masalah. Justru film yang hampir berdurasi 2 setengah jam ini tidak terasa lama dan tidak membosankan sama sekali, bahkan alur cerita yang dibangun masih kurang kuat dan detail.

pemeran : Shia LaBeouf, Josh Duhamel, Bernie Mac, John Turturro, Tyrese Gibson, Jon Voight
Diproduseri oleh: Michael Bay
lama film berlangsung : 2 jam 20 menit
tayang perdana di bioskop : 3 juli 2007
nama anggota kelompok :
M. Okta Dryansyah
Priantama Wahyu (04331042)
Fitri budi Sambara()
Agung Budi Setyadi
Aditya Warman()
Dading novian H. (06331043)
Meiliana MM(07331062)
Rahimah M.Tahir(07331072)

Minggu, 16 November 2008

Komunikasi Politik Dalam Pers Indonesia

Oleh : Rahimah M. Tahir

(Penulis adalah mahasiswa program studi ilmu komunikasi UII)

Pers adalah lembaga social (social institution) atau lembaga kemasyarakatan yang merupakan subsistem dari sistem pemerintahan di Negara dimana ia beroperasi, bersama- sama dengan subsistem lainnya. Arti sempit dari pers adalah media massa cetak seperti surat kabar, majalah tabloid, dan sebagainya. Sedangkan arti luasnya adalah media massa cetak elektronik, antara lain radio siaran dan televisi siaran, sebagai media yang menyiarkan karya jurnalistik.

Ditinjau dari sistem, pers merupakan sistem terbuka yang probabilistik. Terbuka artinya bahwa pers tidak bebas dari pengaruh lingkungan; tetapi dilain pihak, pers juga mempengaruhi lingkungan probabilistik, berarti hasilnya tidak dapat diduga secara pasti. Situasi seperti itu berbeda seperti sistem tertutup yang deterministik. Dalam buku “Four Theories of the Press” dengan penulis; Fres S. Siebert, Theodore Peterson dan Wilbur Schramm, bahwa pers dapat dikategorikan menjadi;

1. Authoritarian Press (pers otoritarian)

2. Libertarian Press (pers libertarian)

3. Soviet Communist Press atau Komunis Soviet

4. Social Responsibility Press atau Pers Tanggung Jawab Sosial

Dalam perkembangannya, ada beberapa orang menganggap bahwa keempat teori tersebut tidak sesuai yang kemudian melakukan kritikan terhadap ke empat teory tersebut. Diantaranya:

1. Lowenstein, dalam bukunya “Media, Message and Men”

Mengatakan bahwa empat teori pers itu tidak fleksibel dan tidak dapat di aplikasikan pada semua system pers. Kemudian ia menyarankan “Pendekatan dua deretan bertingkat” (two tiered approach) yang mengidentifikasikan tipe kepemimpinan dan filsafat.

2. William Hachten, dalam karyanya “The World News Prism” mengajukan “Five Concept Typology” yang berpegang pada ideology authoritarian dan komunis serta kombinasi libertarian dan tanggung jawab social kedalam konsep barat, dan menambah dua teori baru: “revolutionary dan developmental” (Merril, 1991: 16- 17)

Pers Indonesia memiliki latar belakang sejarah yang erat berhubungan dengan pergerakan nasional untuk memperjuangkan kemerdekaan nasional dan dengan itu perjuangna untuk memperbaiki kehidupan rakyatnya. Meski posisi dan peranan pers mengalami pergeseran sesuia dengan perkembangan sejarah Negara dan system politiknya, namun pers Indonesia memiliki karakter yang konstan, komitmen social politik yang kuat. Media massa umumnya tunduk pada system pers yang berlaku dimana system itu hidup, sementara system pers itu sendiri tunduk pada system politik yang ada. Dengan kata lain, system pers merupakan subsistem dari system politik yang ada. Maka, dalam setiap liputan pemberitaan dengan sendirinya akan memperhatikan ketertarikan tersebut.

Indonesia saat ini resmi menganut system pers yang bebas dan bertanggungjawab. Konsep ini mengcu ke teori “pers tanggung jawab social”. Asumsi utama teori ini adalh bahwa kebebasan mengndung di dalamnya Suatu tnggung jawab yang spadan. Mka pers harus bertanggung jawab pada masyarakat dalam menjalankan fungsi-fungsi penting komunikasi mass dalam masyrakat modern. Namun dalam prakteknya, pers harus bertanggung jawab pada pemerintah. Ini menimbulkan kesulitan terendii bagi pers yang kritis dan mencoba menjalankan control sosial. Ada rambu-rambu yang tidak tertulis, yang tidak bias dilanggar. Misalnya : sulit dibayangkan pers Indonesia secara lugas dan terbuka bisa memuat isu tuduhan, korupsi/kolusi/monopoli terhadap president atau keluarganya. Padahal dinegara demokratis, pemberitaan kritis adalah biasa saja, dan jabatan president bukan jabatan suci yang tidak bias disentuh.

Namun kalau rambu- rambu itu bisa diterima, bahkan batas- batas rambu itu sendiri tidak pernah jelas, bisa mulur- mungkret tergantung selera penguasa. Di era rezim orde baru ini, ketika di suatu penerbitan dianggap pemberitaannya “bertentangan dengan pembangunan”, menghadapi resiko di bredel. Pencabutan surat izin usaha penerbitan pers (SIUPP), yang berkali- kali dilakukan rezim orde baru, hakikatnya adalah sama dengan pembredelan, karna itu dilakukan atas alasan isi pemberitaan. Padahal undang- undang pokok pers tegas mengatakan tidak ada pembredelan. SIUPP seharusnya hanya berkaitan dengan factor ekonomis/ usaha, bukan isi berita. Di Indonesia kalau bicara tentang “kebebasan pers”, maka kita kenal sebutan “pers pancasila”. Disini akan terlihat, bagaimana pancasila dalam “diobral” dan dijadikan dalih untuk melegitimasi berbagai tindakan dan praktek pembatasan kebebasan pers.

Siding pleno XXV dewan pers (desember 1984) merumuskan pers pancasila sebagai berikut: “pers Indonesia adalah pers pancasila dalam arti pers yang orientasi, sikap dan tingkah lakunya berdasarkan pada nilai- nilai pancasila dan undang- undang dasar 1945”. Hakekat pers pancasila adalah pers yang sehat, yakni pers yang bebas dan bertanggung jawab dalam menjalankan fungsinya sebagai penyebar informasi yang benar dan objektif, penyalur aspirasi rakyat, dan kontrol social yang konstruktif. Kalau mengacu buku system pers Indonesia (Atmadi: 1985), disebutkan akar dari system kebebasan pers Indonesia adalah landsan idiil, ialah pancasila dengan landasan konstitusional, UUD 1945.

Disebutkan bahwa pers adalah salah satu media pendukung keberhasilan pembangunan. Bentuk dan isi pers Indonesia perlu mencerminkan bentuk dan isi pembangunan. Kepentingan pers nasional perlu mencerminkan kepentingan pembangunan nasional. Inilah yang disebut “pers pembangunan”. Model yang juga banyak diterapkan dinegara sedang berkembang lainnya. Implikasinya adalah: karena pembangunan sudah dianggap merupakan program rezim orde baru, maka pers harus mendukung pemerintah orde baru. Pers sangat tidak diharapkan memuat pemberitaan yang sisinya bias ditafsirkan tidak sejalan atau bertentangan dengan posisi pemerintah. Lalu, siapa yang berhak menafsirkan bahwa isi pemberitaan per situ bertentangan atau tidak bertentangan dengan pembangunan? Dalam prakteknya, itu ditentukan leh pemerintah sendiri. Dan karena pemerintah sangat dominan dalam berbagai aspek kehidupan social poitik, ini sangat membuka peluang bagi penyelewengan dan pembatasan kebebasan pers. Pemerintah (DEPPEN) bertindak sebagai jaksa, hakim dan sekaligus algojo, dalam membungkam pers yang dianggap “melanggar batas”.

Manfaat Keberadaan Komunikasi Politik

Dalam memahami ini diperkenalkan berbagai pendekatan teoritik maupun metodologis yang mampu menjelaskan komunikasi politik sebagai salah satu disiplin ilmu. Secara operasional komunikasi politik ini juga memberikan contoh-contoh konkrit dalam interaksi komunikasi maupun politik, baik dalam lingkup nasional, regional, maupun international. Oleh karena itu pembahasan juga akan menyentuh disiplin lain secara terbatas, seperti komunikasi international, hubungan international, maupun dalam lingkup international political communication. Sementara bidang-bidang lain yang relative dianggap baru seperti ekonomi politik media, technology media dibahas secara terbatas.

Dalam substansi operasionalnya akan dibahas mengenai batasan komunikasi politik, baik dalam arti sempit maupun dalam art I luas. Kemudian akan dibahas juga secara mendalam komunikasi persuasive dalam komunikasi poli ik seperti bahsa politik, retorik politik, iklan politik propaganda, dan debat politik, sampai kepada sosialisasi politik, kampanye politik, pendapat umum dan lainya kesemuanya dikaitkan dengan peran komunikasi sebagai komponen yang dominan.

http://ibnusalam.tripod.com/kompol.htm

Jumat, 14 November 2008

ho..ho...

gw anak komunikasi uii angkatan 07,,
masih muda banged dung,,,
apalage yah??
bingung gw,, udahan ajah yah...

lw buka n baca ndiri ajah yah,,

baru neh....

blog baru gw dah jadi neh....